Bismillah Yaa Rahman Yaa Rahim...
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Saudariku,
Allah Swt menganugerahkan berbagai potensi dalam diri manusia. Manusia bisa mencapai kesempurnaan dan sebaliknya berada dalam kesesatan. Manusia senantiasa berada dalam dua sisi, kebaikan dan keburukan.Meski demikian, potensi fitrawi manusia menyukai keindahan dan kebaikan, serta membenci keburukan. Perbuatan dosa menjadikan manusia jauh dari jalan kebenaran.
Secara umum, dosa dan kemaksiatan menggoyahkan keyakinan keagamaan dan meruntuhkan moral manusia. Melalui al-Quran dan utusan-Nya, Allah Swt menyadarkan manusia dari bahaya dosa dan mengembalikan manusia dari keburukan menuju kebaikan dan kesempurnaan.
Imam Ali as berkata, "Jangan menjadi orang yang mengharapkan kebahagiaan akhirat, tapi tidak berusaha untuk meraihnya. Jangan menjadi orang yang mengetahui kesalahan jalan yang ditempuhnya, namun menunda untuk memperbaikinya. Jangan juga menjadi orang yang mencinta orang-orang saleh, tapi perilakunya tidak seperti mereka. Jangan menjadi orang yang membenci para pendosa, tapi perilakunya sama seperti mereka."
Mengenai akar jatuhnya manusia pada keburukan dan dosa, seorang penyair Persia terkemuka bercerita. Suatu hari seorang lelaki tengah mencabut akar yang melintang di tengah jalan. Ketika melintasi jalan itu, orang-orang mencemooh lelaki yang berupaya mencabut akar tersebut. Namun ia tidak memperdulikan celaan mereka. Akar itu setiap hari semakin kuat. Sementara lelaki itu semakin tua dan tenaganya pun semakin lemah. Hingga suatu hari lelaki itu tidak memiliki kemampuan untuk mencabut akar tersebut untuk selamanya.
Cerita ini memberikan ilustrasi mengenai upaya manusia menghilangkan sifat-sifat buruk dalam dirinya. Merugilah orang yang tidak memanfaatkan masa mudanya untuk menghilangkan sifat-sifat buruk dalam dirinya. Karena semakin tua, sifat-sifat buruk tersebut semakin kuat, dan sebaliknya kekuatan manusia justru semakin tua semakin lemah.
Dosa berdampak buruk terhadap psikis manusia dan hubungan sosialnya. Kebanyakan para pelaku kejahatan dan perbuatan dosa berasal dari penentangan manusia terhadap ajaran dan bimbingan Ilahi. perbuatan buruk ibarat tirai yang menutupi akal manusia dan menghalanginya berpikir jernih dalam menentukan baik dan buruk. Perbuatan dosa yang berkelanjutan menunjukkan bahwa manusia tidak bisa melepaskan diri dari jeratan hawa nafsu.
Dosa menyebabkan manusia tidak bersyukur atas karunia yang dianugerahkan Allah Swt. Meski para pendosa mendapat banyak karunia dari Allah Swt, namun mereka justru memanfaatkannya di jalan yang tidak diridhai-Nya. Terkait hal ini, salah seorang pengikut Imam Ali as menuturkan, "Saya menghampiri Imam Ali. Seorang lelaki dari desa yang mengalami kekeringan mengadu kepada beliau as. Imam Ali berkata, beristighfarlah. Seorang lelaki lainnya datang mengadukan kemiskinannya. Imam Ali kembali berkata, beristighfarlah. Aku bertanya kepada beliau, "Wahai Imam, mengapa setiap orang yang mengadukan padamu atas kemiskinannya dan memohon karunia Allah, Anda menyarankan untuk memohon ampunan kepada Allah, kenapa demikian?. Imam Ali menjawab, Ini berdasarkan kalam ilahi dalam al-Quran. Nabi Nuh as kepada kaumnya berkata," Beristighfarlah kalian dan mohon ampunan dari Allah hingga hujan turun dari langit dan kalian dikarunia harta dan anak yang melimpah ruah serta ladang kalian hijau, dan sungai dipenuhi air yang mengalir untuk memenuhi kebutuhan kalian."
<span><span>Dosa menyebabkan hati keras dan membatu. Akibat larut dalam dosa, para pelakunya kehilangan kekhusyukan terhadap Allah Swt, dan dalam diri mereka pun dipenuhi kekalutan dan gundah gulana. Dosa menyebabkan terputusnya hubungan dengan Allah dan mereka jauh dari hidayah Ilahi. Meski demikian, fitrahnya setiap hari berharap dapat kembali ke jalan yang benar. Namun tidak semua para pendosa bertaubat. Sebagian dari mereka tetap berada dalam kubangan dosa. Namun sebagian dari mereka, setelah melakukan dosa merasakan penyesalan dan bertaubat, memohon ampunan kepada Allah swt dan maaf dari sesama.
Dalam Islam, taubat adalah jalan terbaik untuk menebus kekalutan hati dan penyesalan akibat dosa.Taubat juga berfungsi sebagai pencegah dari dosa selanjutnya. Karena sebuah dosa seringkali menjadi sarana bagi rangkaian dosa dan kesalahan berikutnya. Taubat menyebabkan dosa diampuni dan cahaya harapan bersinar terang dalam diri manusia. Dengan demikian, taubat selain mengurangi stres dalam diri manusia, juga menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dan meningkatnya kesehatan psikologis manusia.
Dikisahkan, seorang Panglima tentara Imam Ali as bernama Malik Ashtar. Semua orang mengenalnya sebagai sosok pemberani. Suatu hari ia memasuki pasar. Seseorang tengah bercanda dengan teman-temannya. Ia menghina orang yang lalu-lalang di pasar itu, supaya teman-temannya tertawa. Saat itu Malik berada di sana, Seketika, lelaki itu mengambil sampah dan menumpahkannya di kepala Malik Ashtar. Malik pun melihat lelaki itu dan mengusap kepala serta mukanya yang dipenuhi sampah. Teman lelaki itu mengenal siapa Malik Ashtar dan mengecam perbuatan rekannya, seraya berkata, kamu tahu siapa dia? lelaki itu menjawab tidak tahu. Lalu temannya menuturkan, lelaki itu adalah Malik Ashtar, panglima tentara Imam Ali as, celakalah engkau. Ia pasti akan membalas perbuatanmu.
<span><span>Seketika lelaki itu lunglai dan berkata, celakalah aku akibat kesalahanku. Sambil mengutuki dirinya sendiri dengan perasaan yang gundah-gulana ia membuntuti Malik Ashtar untuk memohon maaf. Sambil keheranan, ia melihat Malik menuju masjid dan siap menunaikan shalat. Lelaki itu menunggu Malik selesai menunaikan shalatnya. Setelah Malik selesai shalat, lelaki itu dengan rasa takut menemui Malik dan memohon maaf. Malik berkata, aku datang ke masjid ini untuk mendoakanmu agar Allah swt mengampunimu. Mendengar perkataan Malik, lelaki itu menangis dan terpengaruh atas kebaikan Malik yang memaafkannya, meski ia memiliki kekuasaan dan kekuatan. </span></span>
<span><span>Memaafkan kesalahan orang lain temasuk sifat terpuji. Allah Swt memuji sifat tersebut dalam al-Quran dan menyebutnya sebagai tanda orang baik. Rasulullah Saw dalam sebuah hadis bersabda, "Beruntunglah kalian yang memaafkan kesalahan orang lain, karena sifat pemaaf meningkatkan harga diri kalian. Saling memberi maaflah di antara kalian, hingga Allah Swt memuliakan kalian."
Sifat pemaaf dan lapang dada menciptakan kehangatan di antara sesama manusia. Kehidupan seseorang akan terasa getir, jika keras dalam menuntut haknya dan tidak memaafkan kesalahan orang lain sekecil apapun. Memaafkan kesalahan orang lain berdampak positif bagi dua pihak.
Sebagaimana cerita yang dialami Malik Ashtar, lelaki itu menyesal dan tidak mengulang perbuatan buruknya kepada orang lain. Al-Quran dan hadis menjelaskan berbagai berkah memaafkan kesalahan orang lain. Al-Quran menilai sifat pemaaf antar sesama manusia merupakan sarana untuk meraih ampunan Allah swt. Dalam surat Nur ayat 22 disebutkan, "Hendaklah mereka saling memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Dendam berdampak buruk bagi fisiologis tubuh manusia. Naiknya tekanan darah, penyakit hati dan syaraf serta gangguan sistem kekebalan tubuh termasuk dampak negatif dendam. Para psikolog mengatakan, ketika dendam muncul di dalam diri kita, bisa dipastikan bahwa kita akan menghadapi berbagai masalah psikis. Orang yang senantiasa menjalin hubungan hangat dengan keluarga dan rekan-rekannya akan cenderung lebih sehat.
Sifat pemaaf dan lapang dada dalam ajaran Islam dterima selama orang tersebut layak untuk dimaafkan. Namun jika hal tersebut membuatnya semakin congkak dan menimbulkan kerugian baru, maka tidak ada alasan untuk memaafkan orang itu. Imam Ali Zainal Abidin as berkata, "Hak orang yang berbuat buruk padamu adalah memaafkannya. Namun jika maaf tersebut justru merugikan, maka ia harus dihukum sesuai aturan. Ampunan tidak diperkenankan jika menyebabkan bertambahnya kezaliman dan kerugian."
Barokallohufikum
Wasalam
_______
Indahnya Memaafkan Dan Pertaubatan
05.51 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar