DIMANAKAH RINDUKU
Sejalan waktu yang kian lalu..
kugapai rindu,
kutunggu selalu… email yang kau janji dulu..
kadang kuharus berebut dengan sang waktu…
tatkala rindu tak terbendung; modemku juga enggan berkompromi
dengan diriku…
dimanakah dirimu..??
kugapai sepi … kunikmati dingin ini sendiri… bersama seonggok rindu
yang menghiburku dengan mimpi..
dimanakah kamu?
Komputer kasihku hiburkan diriku..lumatkan sepi ini dengan game..
kala rindu menggapai kugadaikan dia pada sang waktu..
modemku memberi sinyal tanda sudah tersambung; sayang… dirimu tak kunjung hadir .
pudar mapat jera… beralas kaki berselimut dingin..
beralas rindu…
diriku kering… diatas rindu yang membalutku..
dan bergelut dengan mimpi…
memberiku lebih berarti..
dimanakah dirimu kini…?
yang kutahu… teknologi telah mematahkan semangat merayakan tubuh
tapi menghantarkan roh-roh rindu lewat modem..
aku bahkan tak peduli engkau dimana…
yang penting memberiku segenggam air dan secangkir rindu
kureguk hening kumampatkan sepi…. Kunikmati lagi sang rindu…
memberi bara pada cinta kita..
engkau di antartika, diriku di katulistiwa…itu tak berarti kini..
asal modem dan komputerku menemaniku di sini bersama sang rindu..
dimanakah dirimu?
Aku tak peduli.
Dimanakah rindu?
Itu yang harus ada, agar cinta tetap terjaga
Read User's Comments(0)
HIDUP ITU INDAH
Hidup itu indah
Jika Alloh Subhanahu Wa Ta'ala selalu di hati
Karena Alloh Subhanahu Wa Ta'ala...Membaguskan yang buruk Menyembuhkan yang sakit Melapangkan yang sempit Mengayakan yang miskin Meringankan yang berat Hingga hidup menjadi indah Seindah ciptaanNya..
Hidup itu perjuangan
Jika Alloh Subhanahu Wa Ta'ala selalu di hati
Karena Alloh...Maha Menatap Maha Mendengar Maha Tahu Hingga aku ta' bisa lari dari-Nya dengan menuruti hasratku..
Hidup itu tenang
Jika Alloh Subhanahu Wa Ta'ala selalu di hati Karena Alloh adalah Penenang Sejati Hingga galau, risau, dan juga gelisah lenyap Saat aku ingat cintaNya...
Hidupku adalah izinNya Sudah seharusnya aku berbakti padaNya Apapun yg DIA berikan Aneh kiranya cinta untukNya terbagi degan yg lain Sedangkan nikmatNya, cintaNya, untukku Tiada pernah terbagi Aneh juga kiranya jika hati menjadi risau dan galau Sedangkan petolonganNya begitu dekat..Aku harus tegarAku juga harus tegas Hingga Rasul S.A.W bangga melihatku berjalan dimuka bumi dengan tegar dan tegas ku Namun semuanya itu tidak berarti tanpa ada sebuah kesabaran Karena Alloh senantiasa bersama orang2 yang sabar .Sabar menghadapi segalanya Karena Alloh selalu dihati Hingga yakin Alloh Yang Maha Pengasih akan membantuku Andai Alloh sudah dihati Tiada masalah yang tidak dapat teratasi Alloh Maha Berkuasa DIA memungkinkan yang tidak dan tidak Memungkinkan yang mungkin Semua kejadian karena izinNya, kasih dan cinta-Nya Alloh Maha Baik dan DIA selalu memberi yg terbaik untukku Alloh Maha Indah dan DIA selalu memberi yg terindah untukku Cukup serahkan segala urusan padaNya Karena DIA Penentu Sejati Hingga aku tak mengenal risau, galau, apalagi gelisah.
Jika Alloh Subhanahu Wa Ta'ala selalu di hati
Karena Alloh Subhanahu Wa Ta'ala...Membaguskan yang buruk Menyembuhkan yang sakit Melapangkan yang sempit Mengayakan yang miskin Meringankan yang berat Hingga hidup menjadi indah Seindah ciptaanNya..
Hidup itu perjuangan
Jika Alloh Subhanahu Wa Ta'ala selalu di hati
Karena Alloh...Maha Menatap Maha Mendengar Maha Tahu Hingga aku ta' bisa lari dari-Nya dengan menuruti hasratku..
Hidup itu tenang
Jika Alloh Subhanahu Wa Ta'ala selalu di hati Karena Alloh adalah Penenang Sejati Hingga galau, risau, dan juga gelisah lenyap Saat aku ingat cintaNya...
Hidupku adalah izinNya Sudah seharusnya aku berbakti padaNya Apapun yg DIA berikan Aneh kiranya cinta untukNya terbagi degan yg lain Sedangkan nikmatNya, cintaNya, untukku Tiada pernah terbagi Aneh juga kiranya jika hati menjadi risau dan galau Sedangkan petolonganNya begitu dekat..Aku harus tegarAku juga harus tegas Hingga Rasul S.A.W bangga melihatku berjalan dimuka bumi dengan tegar dan tegas ku Namun semuanya itu tidak berarti tanpa ada sebuah kesabaran Karena Alloh senantiasa bersama orang2 yang sabar .Sabar menghadapi segalanya Karena Alloh selalu dihati Hingga yakin Alloh Yang Maha Pengasih akan membantuku Andai Alloh sudah dihati Tiada masalah yang tidak dapat teratasi Alloh Maha Berkuasa DIA memungkinkan yang tidak dan tidak Memungkinkan yang mungkin Semua kejadian karena izinNya, kasih dan cinta-Nya Alloh Maha Baik dan DIA selalu memberi yg terbaik untukku Alloh Maha Indah dan DIA selalu memberi yg terindah untukku Cukup serahkan segala urusan padaNya Karena DIA Penentu Sejati Hingga aku tak mengenal risau, galau, apalagi gelisah.
DARI CATATAN SEORANG AKHWAT
Jika engkau semulia akhlak Rasulullah SAW… daku kan usaha seindah peribadi Khadijah.Ramai wanita mahu mengaku ‘First Lady’…Membawa maksud akan amat istimewanya dia disisi seseorang!Umpamanya seperti Michelle LaVaughn Robinson Obama, adalah wanita pertama keturunan Afrikana-Amerika yang pertama menjadi First Lady of United State.
Menjadi kebanggaan orang berkulit hitam yang bermastatutin di dunia Amerika mahupun jalur benua terperosok Afrika. Hadir menemani suami tercinta di persada politik rumah putih USA.Tapi bagi para muslimah, Michelle Obama bukanlah contoh terbaik untuk kita. Anda punya teladan yang lebih mulia lagi istimewa!‘First Lady Ummah’ yaitu Saidatina Khadijah Radhiallhu’anha!Beliau serta para isteri Rosulullah SAW yang lain, membawa peranan sebagai ‘Ummul Mukminin’. Istilah nama yang lebih mulia dari panggilan ‘First Lady’. Ummul Mukminin—Ibu segala orang Mukmin samada lelaki maupun wanita.Khadijah RAH bukan hanya istimewa di mata Rosullullah SAW yaitu suaminya yang tercinta tetapi bahkan seluruh ummah ini yaitu Umat Islam sejak dari zaman para sahabat hinggalah ke hari Akhirat.
Namanya akan senantiasa disebut-sebut dan dikenang sebagai contoh ikutan serta suri tauladan yang sepatutnya bagi para wanita muslimah yang bergelar isteri maupun ibu.Mahu meraih gelaran seperti Saidatina Khadijah?Istimewanya Khadijah bukan karena harta simpanannya yang berkarung banyaknya. Atau karena keturunan bangsawan yang dimilikinya, tetapi istimewanya adalah karena ‘khidmat cemerlangnya’ sebagai seorang isteri kepada lelaki paling mulia di dunia ini yaitu Rosulullah SAW!Amat jauh berbeda dengan wanita-wanita yang kononnya dewasa ini memegang gelaran sebagai ‘first lady’.. Jika kita tenung dan renung, mereka digelar ‘first lady’ hanya-sanya kerana menjadi isteri kepada seseorang yang berharta, berkuasa ataupun punya nama semata-mata!Sedangkan Rosulullah SAW?Lelaki mulia yang tidurnya pada pelepah kurma.
Berselimutkan kulit kambing yang apabila ditarik ke atas terbukalah kaki baginda dan bila ditarik ke bawah maka terlihatlah bagian atas badan Rosulullah SAW yang mulia… Betapa tidak berhartanya suami kepada Khadijah Radhiallahu ‘anha!Ibn Abbas menceritakan tentang Saidatina Khadijah. Diriwayatkan pada suatu hari Rosulullah SAW membuat garis di atas tanah, baginda pun kemudian bertanya kepada para sahabat: “Adakah kamu sekalian mengetahui mengenai ini?” Sahabat menjawab: “Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Baginda pun bersabda: “Sebaik-baik wanita di dunia ini ada empat orang yaitu Maryam Binti Imran, Asiah puteri Muzahim (isteri Firaun), Khadijah Binti Khuwailid dan Fatimah Binti Muhammad.”Hadirnya sang khadijah sebagai pelengkap kepada ‘Bahtera Dakwah’ Rosulullah SAW.
Sepanjang hidup bersama Rasulullah, Siti Khadijah setia setiap masa menyertai baginda dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira, beliau pasti menyiapkan semua bekalan dan keperluannya. Seandainya Rosulullah agak lama tidak pulang, beliau akan meninjau untuk memastikan keselamatan baginda.Sekiranya Baginda khusyuk bermunajat, beliau tinggal di rumah dengan sabar sehingga Rosulullah pulang.Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, beliau coba sedaya mungkin mententeram dan menghiburkannya sehingga suaminya benar-benar merasai ketenangan.
Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam sekecil-kecil perkara kegiatan peribadatan Rosulullah, Khadijah RAH pasti bersama dan membantu baginda seperti menyediakan air untuk mengambil wudhu’ sekalipun.Kecintaan Siti Khadijah bukanlah sekedar kecintaan ‘biasa’ kepada suami, sebaliknya jelas berlandaskan keyakinan ‘luar biasa’ terhadap keesaan serta janji Alloh SWT.Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keridhaan Alloh. Alloh Maha Adil dalam memberi rahmatNya. Setiap amalan yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan pasti mendapat ganjaran yang berkekalan. Di dunia pun Allah dah berikan ‘anugerah’ ummul mukminin dan Rodhiallahu ‘anha kepadanya…Saidatina Aisyah pernah menceritakan betapa cemburunya beliau kepada Saidatina Khadijah.
Direkodkan dalam sebuah hadist yang panjang di bawah ini:“Belum pernah aku cemburu terhadap isteri-isteri Rosulullah SAW sebagaimana cemburunya aku kepada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rosulullah SAW selalu menyebut-nyebut namanya, bahkan adakalanya menyembelih kambing dan diberikannya kepada sahabat-sahabat Khadijah.Pernah aku berkata, “Bukankah Khadijah itu seorang wanita tua? Bukankah Allah sudah memberikan kepadamu pengganti, isteri yang lebih muda dan baik daripadanya?”.Lalu Rosulullah SAW menyebut,Tidak! Demi Allah ! Dia (Alloh) tidak memberikan seorang pengganti yang lebih baik daripadanya. Dia (Khadijah) telah beriman kepadaku pada saat orang-orang mengingkariku. Dia membenarkan ajaran yang aku bawa di saat orang-orang mendustakanku.
Khadijah membantuku dengan menginfakkan segenap hartanya ketika orang-orang menahan hartanya dariku dan Allah mengaruniakanku beberapa orang zuriat dari rahimnya yang tidak diberikan oleh isteri-isteri yang lain”—Hadis Riwayat Imam Ahmad, Sila rujuk Al-Isti’ab karya Ibnu Abdil Ba’ar... Waallohu A'lam bhisowaab..
KEJUJURAN ITU MEMBAWA KEBAJIKAN
Jujur adalah sebuah ungkapan yang acap kali kita dengar dan menjadi pembicaraan. Akan tetapi bisa jadi pembicaraan tersebut hanya mencakup sisi luarnya saja dan belum menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri. Apalagi perkara kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah keislaman, baik itu akidah, akhlak ataupun muamalah, di mana yang terakhir ini memiliki banyak cabang, seperti perkara jual-beli, utang-piutang, sumpah, dan sebagainya.
Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah : jujur kepada Allah, jujur dengan sesama, dan jujur kepada diri sendiri.
Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih bahwa Nabi SAW bersabda :
“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
Definisi Jujur
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta.
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.
Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur, karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya). Demikian juga seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur, karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya.
Hal yang sama berlaku juga pada pelaku bid’ah. Secara lahiriah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tetapi hakikatnya dia menyelisihi beliau. Yang jelas, kejujuran merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan sifat orang yang munafik.
Azasnya Iman adalah kejujuran (kebenaran), dan azasnya Nifaq adalah kedustaan.
Maka tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan, melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).
“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” (QS. al-Maidah : 119)
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. az-Zumar : 33)
Keutamaan Jujur
Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi : “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”
Kebajikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, ketaatan kepada Allah, dan berbuat bajik kepada sesama.
Sifat jujur merupakan alamat keislaman, timbangan keimanan, dasar agama, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Baginya kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Rasulullah SAW bersabda :
“Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka akan terhapus keberkahannya.”
Dalam kehidupan sehari-hari, dan ini merupakan bukti yang nyata, kita dapati seorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain, rezekinya lancar-lancar saja, orang lain berlomba-lomba datang untuk bermuamalah dengannya, karena merasa tenang bersamanya, dan ikut mendapatkan kemulian dan nama yang baik. Dengan begitu, sempurnalah baginya kebahagian dunia dan akherat.
Tidaklah kita dapati seorang yang jujur, melainkan orang lain senang dengannya. Baik teman maupun lawan, akan merasa tentram dengannya. Berbeda dengan pendusta. Temannya sendiripun tidak merasa aman, apalagi musuh atau lawannya. Alangkah indahnya ucapan seorang yang jujur, dan alangkah buruknya perkataan seorang pendusta.
Orang yang jujur diberi amanah baik berupa harta, hak-hak, dan juga rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya, dengan izin Allah akan dapat menyelamatkannya. Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya.
Kesaksiaannya merupakan kebenaran, hukumnya adil, muamalahnya mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah, karena jauh dari riya’ mencari nama.
Tidak berharap dengan perbuatannya melainkan kepada Allah, baik dalam salatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya semuanya hanya untuk Allah semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu daya ataupun khiyanat.
Tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih, kecuali kepada Allah.
Menyampaikan kebenaran walaupun pahit, dan tidak mempedulikan celaan para pencela dalam kejujurannya.
Dan tidaklah seseorang bergaul dengannya, melainkan merasa aman dan percaya pada dirinya, terhadap hartanya, dan keluarganya.
Maka dia adalah penjaga amanah bagi orang yang masih hidup, pemegang wasiat bagi orang yang sudah meninggal, dan sebagai pemelihara harta simpanan yang akan ditunaikan kepada orang yang berhak.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. at-Taubah : 119)
“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.” (QS. al-Maidah : 119)
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab : 23)
“Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad : 21)
MENYIAPKAN DIRI UNTUK MATI BAG:2
Ibrahim bin Adham ketika ditanya orang mengenai firman Alloh SWT yang artinya:Mohonlah kepada-Ku,niscaya Aku (Alloh)akan memperkenankan permohonanmu"(Q.S. Al-Mukmin:60) Mereka berkata Kami telah memohon kepada-Nya tetapi Dia tidak memperkenankan permonan kami itu. Jawabnya Ibrahim bin Adham ( sekaligus untuk memberikan nasehat tentang orang yang sedang lalai terlena dalam menghadapi kematian ): sebab hati kamu semua telah mati yang dikarenakan sepuluh hal ( perkara )
Pertama : Kamu semua mengetahui dan mempercayai ( adanya ) Alloh,tetapi kamu tidak mau menunaikan hak-hak-Nya.
Kedua : Kamu membaca Al-Qur'an,tetapi kamu tidak mengamalkan isi kandungannya.
Ketiga : Kamu telah mengatakan memusuhi setan,tetapi pada kenyataanya kamu menjadikan ia sebagai teman yang sejati.
Keempat : Kamu menyatakan cinta kepada Rasululloh tetapi kamu tidak mau mengikuti jejak-jejaknya...
Kelima : Kamu senang kalau masuk syurga,tetapi kamu tidak beramal untuknya..
Keenam : Kamu takut neraka , tetapi kamu tidak mau berhenti berbuat dosa dan maksiat yang dapat menyeret kita kedalamnya.
Ketujuh. : Kamu mengatakan bahwa kematian itu pasti terjadi dan menemui kita\kamu,tetapi kamu tidak bersiap-siap diri untu menyambutnya.
Kedelapan : Kamu telah sibuk melihat kekurangan-kekurangan ( cela ) diri orang lain,sementara itu aib (kekurangan-kekurangan )yang ada pada dirimu kamu lupakan\abaikan.
Kesembilan : Kamu telah menikmati rezeki Alloh,tetapi kamu tidak pandai bersyukur kepada-Nya.
Kesepuluh : Kamu telah menguburkan mayat-mayat saudara kamu,tetapi kamu tidak mau menjadikan sebagai pelajaran\nasehat.
Maka bagi orang-orang yang sadar dan insyaf bahwa mati adalah merupakan berakhirnya dalam berkarya di dunia ini dan sebagai tempat pergumulannya,tanah sebagai tempat tidurnya,cacing tanah sebagai temannya,Munkar Nakir sebagai penanyanya,amalannya sebagai tempat duduknya,kuburannya sebagai kediamannya,alam barzakh sebagai penginapannya,kiamat menjadi hari yang dijanjikannya,syurga dan neraka sebagai tempat persinggahannya,niscaya ia tidak akan lengah terpesona dengan gemerlapnya dunia serta isinya ini untuk menghadapi kematian serta segala kejadian sesudahnya,dan niscaya pula ia akan sadar sekalipun ia tinggal di gedung-gedung yang tinggi,istana-istana yang megah,namun pada suatu saat mau tidakk mau harus bertempat tinggal dalam tanah galian kubur, Kesadarannya itu mereka gunakan untuk mengumpulkan amal-amal Sholeh,amalan-amalan yang dapat mengantarkan ke dalam Syurga,amalan-amalan yang mendatangkan keridaan Alloh Subhanahu wa Ta'ala.. Demikianlah Waallhu A'lamu bish Shawaab... Tamat
MENYIAPKAN DIRI UNTUK MATI BAG:1
Sahabatku ? Karena kematian itu adalah suatu peristiwa besar,kejadian dahsyat dan pasti akan mendatangi Rumah-Rumah kita ( bertamu ) pada saat dan waktu apa saja tanpa di tentukan sebelumnya kedatangannya.
Oleh karena itu sebelum kita ketamuan yang namanya mati ini, maka marilah kita sambut dan kita bersiap-siap diri untuk menghadapinya dengan mengumpulkan perbekalan yang secukupnya untuk meninggalkan dunia seisinya ini,agar supaya tetap dijalan Alloh SWT.Karena kematian merupakan penutup dari semua kejadian-kejadian di dunia.
Maka orang yang berpandangan jauh kedepan adalah yang dapat memikirkan kesudahan yang terjadi nanti.
Sedangkan orang yang Bodoh adalah orang-orang yang telah menutup matanya dari melihat kesudahan-kesudahan yang akan datang,serta dilengahkan oleh kesenangan-kesenangan dan kelalean-kelalean,sehingga ia tidak dapat mengingat atau memperhatikan kematiannya.
Dan kalaupun ia mengingatnya,tetapi ia tidak mengingatnya dengan hati yang lapang , namun perasaan yang dibius oleh Nafsu syahwat dan kelezatan duniawi saja. Sebagaian Ulama berkata yang berhubungan dengan kematian ini : Barang siapa yang banyak mengingat mati,niscaya ia akan mengutamakan tiga perkara yaitu :
1 ). Segera melakukan bertaubat.
2 ).Berhati tenang, dan
.3 ).Giat dalam menjalankan Ibadah. Dan sebaliknya barangsiapa yang melupakan\melengahkan kematian maka ia akan menderita tiga perkara, yaitu :
1 ) Menunda-nunda untuk bertaubat.
2 ) Tidak rela untuk hidup sederhana,dan
3) malas untuk mengerjakan Ibadah.
Kematian adalah suatu musibah yang sangat besar dan hebat serta penderitaan yang Maha hebat. Akan justru lebih hebat lagi dari semua tadi adalah sikap melalaikan dan melengahkan serta menutup diri dari ( untuk ) mengingat mati,tidak mau merenungkan persoalan kematian dan apa yang ada hubungan dengannya serta beramal untuk menyongnsong datangnya kematian. Memang kematian adalah merupakan suatu pelajaran bagi orang-orang yang menyadari dan memikirkannya.
Hamid Al-Qaishary berkata dalam kitab ringkasan Manhajul Qashidien:" kami semua mempercayai ( akan datanya ) Kematian tetapi kami tidak melihat orang yang menyiapkan diri ( untuk menyongsong kedatangannya ) Kami semua mempercayai Syurga,tetapi kami tidak melihat orang yang beramal untuk memasuki syurga ( amalan-amalan yang dapat menuntun ke syurga ) Karena itu bagaimana kamu bisa dan apa yang kamu semua nanti-nantikan ? Kematianlah yang pertama-tama akan datang menemuimu semua dengan izin ( perintah ) Alloh Subhanallohu Wa Ta'ala dalam keadaan baik atau jahat. Karena itu, mari kita semua berjalan menuju Tuhanmu dengan cara yang Baik." Tube Continue.. Ke bag..2
REALISASI KEJUJURAN DAN KEIKHLASAN
Macam-Macam KejujuranJujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta, sebagaimana kisah tiga orang yang dihadapkan kepada Allah, yaitu seorang mujahid, seorang qari’, dan seorang dermawan.
Allah menilai ketiganya telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka tetapi pada niat dan maksud mereka.Jujur dalam ucapan.Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.Jujur dalam tekad dan memenuhi janji.
Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah.”Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta.“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur.
Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab : 23)“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.’
Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. at-Taubah : 75-76Jujur dalam perbuatan.Yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin.Jujur dalam kedudukan agama.
Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur.“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.”(QS. al-Hujurat : 15)
Realisasi perkara-perkara ini membutuhkan kerja keras. Tidak mungkin seseorang manggapai kedudukan ini hingga dia memahami hakikatnya secara sempurna. Setiap kedudukan (kondisi) mempunyai keadaannya sendiri-sendiri. Ada kalanya lemah, ada kalanya pula menjadi kuat. Pada waktu kuat, maka dikatakan sebagai seorang yang jujur. Dan jujur pada setiap kedudukan (kondisi) sangatlah berat.
Terkadang pada kondisi tertentu dia jujur, tetapi di tempat lainnya sebaliknya. Salah satu tanda kejujuran adalah menyembunyikan ketaatan dan kesusahan, dan tidak senang orang lain mengetahuinya.Orang yang selalu berbuat kebenaran dan kejujuran, niscaya ucapan, perbuatan, dan keadaannya selalu menunjukkan hal tersebut.
Allah telah memerintahkan Nabi untuk memohon kepada-Nya agar menjadikan setiap langkahnya berada di atas kebenaran.“Dan katakanlah (wahai Muhammad), ‘Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong.” (QS. al-Isra’ : 80)
“Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.” (QS. asy-Syu’ara’ : 84)Hakikat kejujuran dalam hal ini adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung kepada Allah.
Ia akan sampai kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia dan akhirat. Allah telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan, dan memuji mereka atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun kesabaran. Bahwa mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila dia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah : 177)Di sini dijelaskan dengan terang bahwa kebenaran itu tampak dalam amal lahiriah, dan ini merupakan kedudukan dalam Islam dan Iman.
Kejujuran serta keikhlasan keduanya merupakan realisasi dari keislaman dan keimanan.Orang yang menampakkan keislaman pada dhahir (penampilannya) terbagi menjadi dua :MUKMIN (orang yang beriman) dan MUNAFIK (orang munafik).Yang membedakan diantara keduanya adalah kejujuran dan kebenaran atas keyakinannya.“(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.”(QS. al-Hasyr : 8)
“Kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”(QS. Ali Imran : 61)Rasulullah SAW bersabda :“Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia ingkar, dan apabila diberi amanah dia khianat”.
Kedustaan akan mengantarkan kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan akan menjerumuskan ke dalam neraka. Bahaya kedustaan sangatlah besar, dan siksa yang diakibatkannya amatlah dahsyat.Maka wajib bagi kita untuk selalu jujur dalam ucapan, perbuatan, dan muamalah kita.
Dengan demikian jika kita senantiasa menjauhi kedustaan, niscaya kita akan mendapatkan pahala sebagai orang-orang yang jujur dan selamat dari siksa para pendusta.“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya?
Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik, agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. az-Zumar : 32-35) Waallohu A'lam...
CERITA MOTIVASI
Ketabahan Sebelum Menui Sukses.
Di suatu pagi yang permai, di sebuah areal persawahan yang indah, seorang petani terlihat berdiri sambil memandangi tanaman padi di sawahnya yang cukup luas hijau membentang. Sudah sebulan lebih padi di tanam, kini daunnya sudah menghijau. Setelah berkeliling di antara petak-petak sawahnya, matanya terhenti pada rumput-rumput liar di antara tanaman padinya. Rumput itu terlihat tumbuh subur dan bahkan lebih subur dari tanaman padinya.
Hari semakin siang, matahari semakin terik. Tanpa tunggu lama, pak Tani menyingsingkan lengan bajunya, turun ke sawah dan menyiangi rerumputan di sela pepadian itu. Petak demi petak dia bersihkan, sementara panas matahari kian menyengat. Keringat pak Tani bercucuran, sesekali ia menyeka mukanya dengan lengan bajunya. Ia tak peduli dengan panas yang membakar kulitnya.

Tanpa terasa adzan Dhuhur berkumandang dari kejauhan. Ia terhenti sejenak, kemuadian melangkah ke tepi, berjalan menyusuri pematang dan berhenti di sebuah gubug kecil di tengah sawahnya. Ia kipas-kipaskan tudung di kepalanya ke wajahnya yang terlihat kelelahan, hembusan angin sepoi-sepoi terasa menyegarkan tubuhnya yang memerah dan basah oleh keringat. Sebuah botol minuman ia raih, dengan beberapa tegukan ia obati dahaga yang dari tadi ia rasakan. Sejurus kemudian ia mengambil bekal makanan di sampingnnya, membukanya, dan memakannya dengan lahap, habis tak tersisa. Ah…, betapa nikmatnya makan di tengah sawah yang mulai menghijau dengan angin yang sepoi-sepoi, diiringi kicauan burung-burung. Sungguh alami pemandangan di depan sana, hamparan hijau di bawah birunya langit…
Setelah merasa cukup istirahat, ia bergegas ke sebuah sungai kecil di samping sawahnya. Ia ambil air wudlu, kembali ke gubug, berganti pakaian, dan …Alloohu akbar! Ia berdiri mengahadap kiblat dengan penuh kekhusyu’an. Masya Alloh, di tengah sawahnya ia tiada lalai untuk bersujud menghadap Ilahi. Setelah selesai sholat, ia pun melanjutkan pekerjaannya yang masih panjang, membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di antara tanaman padinya.
Setelah beberapa lama, tiba-tiba langit berubah warna, biru dan cerah yang sejak pagi menghiasi angkasa tiba-tiba menjadi mendung yang menyelimuti, beberapa kali terdengar petir mulai menyambar. Tanpa menunggu lama hujan pun turun dari langit dengan derasnya membasahi seluruh tanaman yang tumbuh di persawahan itu. Sejenak pak Tani menghentikan pekerjaannya, tertegun memandang sekeliling, sepi tak ada seoarangpun yang masih berada di persawahan sekitarnya, kemudian ia melanjutkan pekerjaannya lagi.
Hujan kian deras, petir berderu di angkasa memekakkan telinga. Pak Tani tiada bergeming dari kegiatannya, walau badannya basah kuyup, dengan cangkul kecilnya ia terus menyusuri sela-sela tanaman padinya, menggemburkan tanah dan mencabut rerumputan yang tumbuh liar. Panas yang tadi membakar telah sirna dan berganti dingin yang menusuk tulang. Sesekali badannya bergetar seperti menggigil, tapi ia tak peduli, ia terus melangkah. Tiba-tiba sebuah kilat menyambar seperti di depan wajahnya, kemudian… DUARRR!! Gelegar petir membahana mengikuti kilat kuning emas yang merambat dari langit ke bawah dalam seper sekian detik. Sontak pak Tani terkejut, badannya berguncang dan hampir terjatuh ke belakang. Ia mengusap dadanya sambil berguman, “Subhanalloh…”. Ia berdiri terdiam, kembali ia pandangi keadaan sekeliling. Sejauh mata memandang, hanya air hujan yang terlihat, dedaunan tertunduk menahan air, sunyi…, hanya air hujan yang terdengar. Ia baru sadar tinggal dirinya seorang yang masih berdiri di tengah persawahan itu. Kesunyian mencekam, tiada seekor jangkrik pun yang berani bersuara, hanya deru angin dan hujan serta petir yang silih berganti bergemuruh. Tiba-tiba hati kecilnya berkata, “Kamu harus pulang, alam sedang tidak bersahabat, kamu bisa celaka disambar petir…”. Kemudian ia pandangi seluruh sudut sawahnya, terlihat dedaunan padi tertunduk kedinginan, ia menghela nafas sejenak dan bergumam, “Apapun yang terjadi aku akan tetap merawatmu wahai padi…, karena aku yakin suatu hari esok aku pasti akan memanenmu”. Lalu, ia pun melanjutkan pekerjaannya.
Tak berapa lama kemudian, sayup-sayup terdengar suara adzan Ashar dari kejauhan di sela-sela suara gemericik air yang mulai mereda. Pak Tani menghentikan kerjanya, berlajan ke tepi menyusuri pematang menuju gubug, membenahi bekal lalu melangkah pulang dengan hati bahagia, tak peduli badannya basah kuyup, dingin menusuk tulang.
Demikianlah perjuangan pak Tani yang tak kenal lelah, tak peduli panas dan hujan, demi tanaman padinya yang yakin dengan pasti kelak akan ia panen. Ia yakin suatu hari nanti akan menikmati hasil jerih payahnya hari ini. Maka, ia pantang menyerah menghadapi segala tantangan dan hambatan yang menghadang. Ia bulatkan tekad untuk mempersembahkan yang terbaik.
Seharusnya, demikian juga kita dalam mengarungi kehidupan, kita harus punya tujuan yang jelas dan pasti yang akan kita capai esok lusa, dan kita bulatkan tekad dan segala daya upaya untuk mencapainya. Jangan mimpi semuanya akan berjalan lancar tanpa rintangan. Menanam padi saja pasti rumput akan ikut tumbuh, demikian juga impian yang kita tanam, pasti juga akan ditumbuhi semak dan ilalang. Kalau semak dan ilalang tidak kita bersihkan, bisa jadi impian kita akan layu dan mati.
Jadi, sebelum kita menuai sukses, kuatkah kita menghadapi cobaan dan rintangan yang menghadang??
Sebelum kita menuai sukses, tabahkah kita menghadapi penderitaan dan ujian hidup??
Sebelum kita menuai sukses, bersabarkah kita dalam menjalani proses?
Mari kita wujudkan impian sukses kita, walau keringat dan darah harus jadi taruhannya…!
Di suatu pagi yang permai, di sebuah areal persawahan yang indah, seorang petani terlihat berdiri sambil memandangi tanaman padi di sawahnya yang cukup luas hijau membentang. Sudah sebulan lebih padi di tanam, kini daunnya sudah menghijau. Setelah berkeliling di antara petak-petak sawahnya, matanya terhenti pada rumput-rumput liar di antara tanaman padinya. Rumput itu terlihat tumbuh subur dan bahkan lebih subur dari tanaman padinya.
Hari semakin siang, matahari semakin terik. Tanpa tunggu lama, pak Tani menyingsingkan lengan bajunya, turun ke sawah dan menyiangi rerumputan di sela pepadian itu. Petak demi petak dia bersihkan, sementara panas matahari kian menyengat. Keringat pak Tani bercucuran, sesekali ia menyeka mukanya dengan lengan bajunya. Ia tak peduli dengan panas yang membakar kulitnya.

Tanpa terasa adzan Dhuhur berkumandang dari kejauhan. Ia terhenti sejenak, kemuadian melangkah ke tepi, berjalan menyusuri pematang dan berhenti di sebuah gubug kecil di tengah sawahnya. Ia kipas-kipaskan tudung di kepalanya ke wajahnya yang terlihat kelelahan, hembusan angin sepoi-sepoi terasa menyegarkan tubuhnya yang memerah dan basah oleh keringat. Sebuah botol minuman ia raih, dengan beberapa tegukan ia obati dahaga yang dari tadi ia rasakan. Sejurus kemudian ia mengambil bekal makanan di sampingnnya, membukanya, dan memakannya dengan lahap, habis tak tersisa. Ah…, betapa nikmatnya makan di tengah sawah yang mulai menghijau dengan angin yang sepoi-sepoi, diiringi kicauan burung-burung. Sungguh alami pemandangan di depan sana, hamparan hijau di bawah birunya langit…
Setelah merasa cukup istirahat, ia bergegas ke sebuah sungai kecil di samping sawahnya. Ia ambil air wudlu, kembali ke gubug, berganti pakaian, dan …Alloohu akbar! Ia berdiri mengahadap kiblat dengan penuh kekhusyu’an. Masya Alloh, di tengah sawahnya ia tiada lalai untuk bersujud menghadap Ilahi. Setelah selesai sholat, ia pun melanjutkan pekerjaannya yang masih panjang, membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di antara tanaman padinya.
Setelah beberapa lama, tiba-tiba langit berubah warna, biru dan cerah yang sejak pagi menghiasi angkasa tiba-tiba menjadi mendung yang menyelimuti, beberapa kali terdengar petir mulai menyambar. Tanpa menunggu lama hujan pun turun dari langit dengan derasnya membasahi seluruh tanaman yang tumbuh di persawahan itu. Sejenak pak Tani menghentikan pekerjaannya, tertegun memandang sekeliling, sepi tak ada seoarangpun yang masih berada di persawahan sekitarnya, kemudian ia melanjutkan pekerjaannya lagi.
Hujan kian deras, petir berderu di angkasa memekakkan telinga. Pak Tani tiada bergeming dari kegiatannya, walau badannya basah kuyup, dengan cangkul kecilnya ia terus menyusuri sela-sela tanaman padinya, menggemburkan tanah dan mencabut rerumputan yang tumbuh liar. Panas yang tadi membakar telah sirna dan berganti dingin yang menusuk tulang. Sesekali badannya bergetar seperti menggigil, tapi ia tak peduli, ia terus melangkah. Tiba-tiba sebuah kilat menyambar seperti di depan wajahnya, kemudian… DUARRR!! Gelegar petir membahana mengikuti kilat kuning emas yang merambat dari langit ke bawah dalam seper sekian detik. Sontak pak Tani terkejut, badannya berguncang dan hampir terjatuh ke belakang. Ia mengusap dadanya sambil berguman, “Subhanalloh…”. Ia berdiri terdiam, kembali ia pandangi keadaan sekeliling. Sejauh mata memandang, hanya air hujan yang terlihat, dedaunan tertunduk menahan air, sunyi…, hanya air hujan yang terdengar. Ia baru sadar tinggal dirinya seorang yang masih berdiri di tengah persawahan itu. Kesunyian mencekam, tiada seekor jangkrik pun yang berani bersuara, hanya deru angin dan hujan serta petir yang silih berganti bergemuruh. Tiba-tiba hati kecilnya berkata, “Kamu harus pulang, alam sedang tidak bersahabat, kamu bisa celaka disambar petir…”. Kemudian ia pandangi seluruh sudut sawahnya, terlihat dedaunan padi tertunduk kedinginan, ia menghela nafas sejenak dan bergumam, “Apapun yang terjadi aku akan tetap merawatmu wahai padi…, karena aku yakin suatu hari esok aku pasti akan memanenmu”. Lalu, ia pun melanjutkan pekerjaannya.
Tak berapa lama kemudian, sayup-sayup terdengar suara adzan Ashar dari kejauhan di sela-sela suara gemericik air yang mulai mereda. Pak Tani menghentikan kerjanya, berlajan ke tepi menyusuri pematang menuju gubug, membenahi bekal lalu melangkah pulang dengan hati bahagia, tak peduli badannya basah kuyup, dingin menusuk tulang.
Demikianlah perjuangan pak Tani yang tak kenal lelah, tak peduli panas dan hujan, demi tanaman padinya yang yakin dengan pasti kelak akan ia panen. Ia yakin suatu hari nanti akan menikmati hasil jerih payahnya hari ini. Maka, ia pantang menyerah menghadapi segala tantangan dan hambatan yang menghadang. Ia bulatkan tekad untuk mempersembahkan yang terbaik.
Seharusnya, demikian juga kita dalam mengarungi kehidupan, kita harus punya tujuan yang jelas dan pasti yang akan kita capai esok lusa, dan kita bulatkan tekad dan segala daya upaya untuk mencapainya. Jangan mimpi semuanya akan berjalan lancar tanpa rintangan. Menanam padi saja pasti rumput akan ikut tumbuh, demikian juga impian yang kita tanam, pasti juga akan ditumbuhi semak dan ilalang. Kalau semak dan ilalang tidak kita bersihkan, bisa jadi impian kita akan layu dan mati.
Jadi, sebelum kita menuai sukses, kuatkah kita menghadapi cobaan dan rintangan yang menghadang??
Sebelum kita menuai sukses, tabahkah kita menghadapi penderitaan dan ujian hidup??
Sebelum kita menuai sukses, bersabarkah kita dalam menjalani proses?
Mari kita wujudkan impian sukses kita, walau keringat dan darah harus jadi taruhannya…!
MENGAPA DOA KAMI BELUM DIIJABAH???
Bismillahirrohmanirrohim.
Pada suatu hari Sayidina Ali Karamallaahu Wajhah, berkhutbah di hadapan kaum Muslimin. Ketika beliau hendak mengakhiri khutbahnya, tiba-tiba berdirilah seseorang ditengah-tengah jamaah sambil berkata, “Ya Amirul Mu’minin, mengapa do’a kami tidak diijabah? Padahal Allah berfirman dalam Al Qur’an, “Ud’uuni astajiblakum” (berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu).
Sayidina Ali menjawab, “Sesungguhnya hatimu telah berkhianat kepada Allah dengan delapan hal, yaitu :
Engkau beriman kepada Allah, mengetahui Allah, tetapi tidak melaksanakan kewajibanmu kepada-Nya. Maka, tidak ada mamfaatnya keimananmu itu.
Engkau mengatakan beriman kepada Rasul-Nya, tetapi engkau menentang sunnahnya dan mematikan syari’atnya. Maka, apalagi buah dari keimananmu itu?
Engkau membaca Al Qur’an yang diturunkan melalui Rasul-Nya, tetapi tidak kau amalkan.
Engkau berkata, “Sami’na wa aththa’na (Kami mendengar dan kami patuh), tetapi kau tentang ayat-ayatnya.
Engkau menginginkan syurga, tetapi setiap waktu melakukan hal-hal yang dapat menjauhkanmu dari syurga. Maka, mana bukti keinginanmu itu?
Setiap saat sengkau merasakan kenikmatan yang diberikan oleh Allah, tetapi tetap engkau tidak bersyukur kepada-Nya.
Allah memerintahkanmu agar memusuhi syetan seraya berkata, “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh bagi(mu) karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongan supaya mereka menjadi penghuni neraka yang nyala-nyala” (QS. Al Faathir [35] : 6). Tetapi kau musuhi syetan dan bersahabat dengannya.
Engkau jadikan cacat atau kejelekkan orang lain di depan mata, tetapi kau sendiri orang yang sebenarnya lebih berhak dicela daripada dia.
Nah, bagaimana mungkin do’amu diterima, padahal engkau telah menutup seluruh pintu dan jalan do’a tersebut. Bertaqwalah kepada Allah, shalihkan amalmu, bersihkan batinmu, dan lakukan amar ma’ruf nahi munkar. Nanti Allah akan mengijabah do’amu itu.
Dalam riwayat lain, ada seorang laki-laki datang kepada Imam Ja’far Ash Shiddiq, lalu berkata, “Ada dua ayat dalam Al Qur’an yang aku paham apa maksudmu?”
“Bagaimana dua bunyi ayat itu?” Tanya Imam Ja’far. Yang pertama berbunyi “Ud’uuni astajib lakum” (Berdo’alah kepada-Ku niscaya akan Ku perkenankan bagimu), (QS. Al Mu’min [40] : 60). Lalu aku berdo’a dan aku tidak melihat do’aku diijabah,” ujarnya.
“Apakah engkau berpikir bahwa Allah akan melanggar janji-Nya?” tanya Imam Ja’far.
“Tidak,” jawab orang itu.
“Lalu ayat yang kedua apa?” Tanya Imam Ja’far lagi.
“Ayat yang kedua berbunyi “Wamaa anfaqtum min syai in fahuwa yukhlifuhuu, wahuwa khairun raaziqin” (Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya), (QS. Saba [34] : 39). Aku telah berinfak tetapi aku tidak melihat penggantinya,” ujarnya.
“Apakah kamu berpikir Allah melanggar janji-Nya?” tanya Imam Ja’far lagi.
“Tidak,” jawabnya.
“Lalu mengapa?” Tanya imam Ja’far.
“Aku tidak tahu,” jawabnya.
Imam Ja’far kemudian menjelaskan, “Akan kukabarkan kepadamu, Insya Allah seandainya engkau menaati Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepadamu, kemudian engkau berdo’a kepada-Nya, maka Allah akan mengijabah do’amu. Adapun engkau berinfak tidak melihat hasilnya, kalau engkau mencari harta yang halal, kemudian engkau infakkan harta itu di jalan yang benar, maka tidaklah infak satu dirham pun, niscaya Allah menggantinya dengan yang lebih banyak. Kalau engkau berdo’a kepada Allah, maka berdo’alah kepada-Nya dengan Jihad Do’a. Tentu Alah akan menjawab do’amu walaupun engkau orang yang berdosa.”
“Apa yang dimaksud Jihad Do’a?” sela orang itu.
Apabila engkau melakukan yang fardhu maka agungkanlah Allah dan limpahkanlah Dia atas segala apa yang telah ditentukan-Nya bagimu. Kemudian, bacalah shalawat kepada Nabi SAW dan bersungguh-sungguh dalam membacanya. Sampaikan pula salam kepada imammu yang memberi petunjuk. Setelah engkau membaca shalawat kepada Nabi, kenanglah nikmat Allah yang telah dicurahkan-Nya kepadamu. Lalu bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah engkau peroleh.
Kemudian engkau ingat-ingat sekarang dosa-dosamu satu demi satu kalau bisa. Akuilah dosa itu dihadapan Allah. Akuilah apa yang engkau ingat dan minta ampun kepada-Nya atas dosa-dosa yang tak kau ingat. Bertaubatlah kepada Allah dari seluruh maksiat yang kau perbuat dan niatkan bahwa engkau tidak akan kembali melakukannya. Beristighfarlah dengan seluruh penyesalan dengan penuh keikhlasan serta rasa takut tetapi juga dipenuhi harapan.
Kemudian bacalah, “Ya Allah, aku meminta maaf kepada-Mu atas seluruh dosaku. Aku meminta ampun dan taubat kepada-Mu. Bantulah aku untuk mentaati-Mu dan bimbinglah aku untuk melakukan apa yang Engkau wajibkan kepadaku segala hal yang engkau rdhai. Karena aku tidak melihat seseorang bisa menaklukkan kekuatan kepada-Mu, kecuali dengan kenikmatan yang Engkau berikan. Setelah itu, ucapkanlah hajatmu. Aku berharap Allah tidak akan menyiakan do’amu,” papar Imam Ja’far.
Waallohu A'lam Bisowwab
CARA MENCARI PENDAMPING HIDUP
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh..:
Saudaraku terutama mbak2ku..mas2ku..yang kucintai
Apabila seseorang membangun rumah, tentu saja dia akan mengadakan beberapa pilihan. Mulai dari lokasi bangunan yang akan didirikan, sampai kualitas bahan bangunan sampai kemudian menjadi sebuah bangunan yang utuh. Demikianlah kita mengadakan seleksi dari rumah yang sekedar menaungi kehidupan di dunia. Apalagi kalau kita ingin membangun sebuah rumah tangga yang tidak hanya menaungi kita di kehidupan dunia, namun kehidupan anak-anak keturunan kita sampai kelak hari kiamat.
Oleh karena itu kita ingin berbagi-bagi ilmu bagaimana memilih jodoh menurut agama islam. Zuyyina lin naasi khubbus syahawati minan nisaa ( manusia apapun jenisnya selama masih berkaki Dua secara fitrah dihiasi perasaan cinta kepada perempuan, begitu juga sebaliknya). Karena cinta akan merubah segala-galanya, ada yang mendorong ke arah kebaikan namun ada juga yang mendorong kepada dosa. Maka disini kita akan membahas cinta dalam artian positif yang membawa kebaikan sampai kiat-kiat mencari calon pendamping hidup yang harus kita cintai.
Cinta dalam artian positif dapat memberi keindahan, memberi energi untuk berjuang, dan tentunya cinta membutuhkan pengorbanan. Seseorang yang lemah akan menjadi kuat, yang penakut menjadi pemberani, yang jauh akan terasa dekat karena cinta.
Alangkah indahnya kalau cinta ini disalurkan kepada cinta agama. Sholat terasa indah, puasa terasa nikmat, tahajud jadi penenang hati, zakat terasa indah. Persis kalau kita cinta kepada gadis/ pemuda pujaan hati, meski tampang pas-pasan (kalau gak ingin disebut jelek) karena cinta akan kelihatan cantik/ tampan. Meski rumahnya jauh, gunungpun kan kudaki lautpun kuseberangi untuk menemui sang pujaan hati.
Itulah cinta sanggup membuat orang berkorban, melahirkan energi, menambah keindahan dalam kehidupan.
Namun di zaman sekarang orang sering salah jalan bagaimana memilih jodoh untuk membangun rumah tangga yang bahagia. Janga lupa, membangun rumah tangga bukan untuk kehidupan 1 atau 2 bulan, 1 atau 2 tahun, bahkan bukan cuma untuk kehidupan dunia! Namun untuk kehidupan akhirat juga. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam memilih jodoh, diperlukan penelitian dan pengamatan yang mendalam...
Menurut agama nikahilah seseorang karena wajah, harta, nasab, dan agamanya (ada 4 kriteria memilih jodoh).
Yang pertama, pilihlah wajahnya yang cantik/ tampan (biar gak bosen di rumah, biar kita betah di rumah, ada tempat bernaung, tempat curhat berbagi rasa suka dan duka). Namun ingat, jangan dijadikan proritas utama. Karena wajah yang cantik/ tampan akan berubah seiring bertambahnya umur berkurangnya usia.
Alhamdulillah kalau cantik rupa diringi cantik budi pekerti.
Yang kedua, carilah anak orang kaya. Namun ingat, jangan dijadikan patokan karena kekayaan bisa mendatangkan kesombongan! Tanpa harta memang orang sulit bahagia, namun harta bukanlah jaminan orang bisa hidup bahagia. Banyak orang miskin yang kaya, tapi tidak sedikit orang kaya yang miskin (maksudnya orang miskin kaya hati dan orang kaya yang kurang bersyukur). Lebih baik miskin harta kaya budi daripada kaya harta miskin budi. Lebih utama lagi kaya harta kaya budi.
Yang ketiga, faktor keturunan. Pepatah mengatakan buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Biasanya anak merupakan hasil photo kopian kelakuan orang tuanya. Kalau orang tuanya sholih insyAlloh anaknya pun ikut sholih. Namun demikian faktor keturunan bukanlah faktor dominan karena segala sesuatu sangat tergantung hidayah Alloh SWT. Bisa jadi orang tuanya maling anaknya jadi kyai/ ulama, bahkan anak nabi pun bisa ikut-ikutan orang kafir. Pada akhirnya orang mau besar atau tidak ditentukan kepribadian orang itu sendiri. Iman harus dicari, tidak bisa diwarisi dari ayah yang bertaqwa.
Namun mudah-mudahan dari benih yang baik akan melahirkan keturunan yang baik pula. Amiin…
Yang terakhir, faktor agama. Inilah faktor yang harus dijadikan prioritas utama menentukan calon pendamping hidup. Disinilah segala sesuatunya ditentukan. Wajah tampan/ cantik, anaknya orang kaya, keturunan orang sholih, namun kalau dia sendiri agamanya rapuh maka ketiga kriteria sebelumnya hanya akan mendatangkan malapetaka.
Namun jangan harap ada 4 kriteria di atas terkumpul pada diri seseorang, manusia langka. Kadang ada orang ganteng, kaya, namun akhlaknya kurang baik (na’udzubillah kalau dia sudah berlainan akidah dengan kita/ nikah lintas agama). Ada juga orang tampang pas-pasan, gak begitu kaya buat makan aja susah, namun agamanya kuat. Bermacam-macam kondisi sesorang di dunia ini.
Mbak2ku..mas2ku…
Sekali lagi diingatkan, carilah pendamping hidup yang sholih/ sholihah. Ingatlah, rumah tangga bukanlah permainan cinta semu asal suka layaknya anak muda pacaran saat ini. Namun rumah tangga yang bisa membawa kita kepada kebahagiaan hidup di dunia lebih-lebih kebahagiaan di akhirat.
Semoga kita semua dipertemukan dengan pendamping hidup yang kekal menemani kita di dunia, sampai kelak dipertemukan kembali di taman syurga firdaus Alloh ‘Azza wa Jallaa..
Amiin ya robbal ‘alaminn…
Waallohu A'lam Bhisowab
Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Raih Keberkahan Di Pagi Hari
Saudaraku, Islam ternyata sangat peduli dengan dinamika dan semangat beraktivitas di awal waktu. Setiap hari selalu diawali dengan datangnya waktu pagi. Waktu pagi merupakan waktu istimewa. Ia selalu diasosiasikan sebagai simbol kegairahan, kesegaran dan semangat.
Barangsiapa merasakan udara pagi niscaya dia akan mengatakan bahwa itulah saat paling segar alias fresh sepanjang hari. Pagi sering dikaitkan dengan harapan danoptimisme. Pagi sering dikaitkan dengan keberhasilan dan sukses. Sehingga dalam peradaban barat-pun dikenal suatu pepatah berbunyi: ”The early bird catches the worm.”(Burung yang terbang di pagi harilah yang bakal berhasil menangkap cacing).
Dalam sebuah hadits ternyata Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam juga memberi perhatian kepada waktu pagi. Sehingga di dalam hadits tersebut beliau mendoakan agar ummat Islam peduli dan mengoptimalkan waktu spesial dan berharga ini.
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam berdoa: “Ya Allah, berkahilah ummatku di pagi hari.” Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam biasa mengirim sariyyah atau pasukan perang di awal pagi dan Sakhru merupakan seorang pedagang, ia biasa mengantar kafilah dagangnya di awal pagi sehingga ia sejahtera dan hartanya bertambah.” (HR Abu Dawud 2239)
Melalui doa di atas Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam ingin melihat umatnya menjadi kumpulan manusia yang gemar beraktifitas di awal waktu. Dan hanya mereka yang sungguh-sungguh mengharapkan keberhasilan dan keberkahan-lah yang bakal sanggup berpagi-pagi dalam kesibukan beraktifitas.
Oleh karenanya, saudaraku, janganlah kita kecewakan Nabi kita. Janganlah kita jadikan doa beliau tidak terwujud. Marilah kita menjadi ummat yang pandai bersyukur dengan adanya waktu pagi. Marilah kita me-manage jadwal kehidupan kita sehingga di waktu pagi kita senantiasa dilimpahkan berkah karena kita didapati Allah dalam keadaan ber’amal.
Janganlah kita menjadi seperti sebagian orang di muka bumi yang membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja dengan aktifitas tidak produktif, seperti tidur misalnya. Biasanya mereka yang mengisi waktu pagi dengan tidur menjadi fihak yang sering kalah dan merugi. Bagaimana tidak kalah dan merugi? Pagi merupakan waktu yang paling segar dan penuh gairah... Bila di saat paling baik saja seseorang sudah tidak produktif, bagaimana ia bisa diharapkan akan sukses beraktifitas di waktu-waktu lainnya yang kualitasnya tidak lebih baik dari waktu pagi hari...???
Maka, di antara kiat-kiat agar insyaAllah kita selalu memperoleh keberkahan di pagi hari adalah:
Pertama, jangan biasakan begadang di malam hari. Usahakanlah agar setiap malam kita bersegera tidur malam. Idealnya kita jangan tidur malam melebihi jam sepuluh malam. Kalaupun banyak tugas, maka pastikan mulai tidur jangan lebih lambat dari jam sebelas. Kalaupun tugas sedemikian bertumpuknya, maka pastikan bahwa pukul duabelas tengah malam merupakan batas akhir kita masih bangun.
Kedua, pastikan bahwa sedapat mungkin kita bisa bangun di tengah malam sebelum azan Subuh untuk mengerjakan sholat tahajjud dan witir.
Idealnya kita selalu berusaha untuk sholat malam sebagaimana Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, yaitu sebanyak delapan rakaat tahajjud dan tiga rakaat witir. Namun jika tidak tercapai, maka kurangilah jumlah rakaatnya sesuai kesanggupan fisik dan ruhani sehingga minimal dua rakaat tahjjud dan satu rakaat witir. Tapi ingat, ini hanya dikerjakan bila kita terpaksa karena tidur terlalu larut malam mendekati jam duabelas malam. Yang jelas, usahakanlah setiap malam agar kita selalu bisa melaksanakan sholat malam (tahjjud plus witir). Karena Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjamin bahwa orang yang menyempatkan diri untuk bangun malam dan sholat malam, maka ia bakal memperoleh semangat dan kesegaran di pagi harinya. Dan sebaliknya, barangsiapa yang tidak menyempatkan diri untuk bangun dan sholat malam, maka di pagi hari ia bakal memiliki perasaan buruk dan malas.
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Syetan akan mengikat tengkuk salah seorang di antara kamu apabila ia tidur dengan tiga ikatan. Syetan men-stempel setiap simpul ikatan atas kalian dengan mengucapkan: Bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Apabila ia bangun dan berdzikir kepada Allah ta’aala maka terbukalah satu ikatan. Apabila ia wudhu, terbuka pula satu ikatan. Apabila ia sholat, terbukalah satu ikatan. Maka, di pagi hari ia penuh semangat dan segar. Jika tidak, niscaya di pagi hari perasaannya buruk dan malas.” (HR Bukhary 4/310)
Ketiga, pastikan diri tidak kesiangan sholat subuh.
Dan khusus bagi kaum pria usahakanlah untuk sholat subuh berjamaah di masjid. Sebab sholat subuh berjamaah di masjid merupakan sarana untuk membersihkan hati daripenyakit kemunafikan.
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam:
“Sesungguhnya sholat yang paling berat bagi kaum munafik adalah sholat isya dan subuh (berjamaah di masjid). Andai mereka tahu apa manfaat di dalam keduanya niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak-rangkak. (HR Muslim 2/123)
”Dan sungguh dahulu pada masa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tiada seorang tertinggal dari sholat berjama’ah kecuali orang-orang munafiq yang terang kemunafiqannya.” (HR Muslim 3/387)
Keempat, janganlah tidur sesudah sholat subuh.
Segeralah isi waktu dengan sebaik-baiknya. Entah itu dengan bersegera membaca wirid atau ma’tsurat pagi atau apapun kegiatan bermanfaat lainnya. Barangkali bisa membaca buku, berolah-raga atau menulis buku atau bahkan berdagang sebagaimana kebiasaan sahabat Sakhru bin Wada’ah.
Orang yang tidur di waktu pagi berarti menyengaja dirinya tidak menjadi bagian dari umat Islam yang didoakan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memperoleh berkah Allah di pagi hari. Ia menyia-nyiakan kesempatan berharga.
Pagi merupakan saat paling berkualitas sepanjang hari. Alangkah naifnya orang yang sengaja membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja tanpa aktifitas bermanfaat dan produktif. Tak heran bila Nabi shollallahu ’alaih wa sallam justru memobilisasi pasukan perangnya untuk berjihad fi sabilillah senantiasa di awal hari yakni di waktu pagi sehingga fihak musuh terkejut dan tidak siap menghadapinya.
Ya Allah, berkahilah kami di pagi hari selalu. Ya Allah, kami berlindung kepada Engkau dari kemalasan dan ketidakberdayaan dalam hidup kami, terutama di waktu pagi hari.
Allahumma aamiin...
-----------------------
eramuslim.com
Adakah Anjuran Memperlama Sujud Terakhir untuk Berdo’a?
Segala puji bagi Allah, pemberi segala nikmat. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Kita ketahui bersama bahwa do’a ketika sujud adalah waktu terbaik untuk berdo’a. Seperti disebutkan dalam hadits,
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a ketika itu.” (HR. Muslim no. 482, dari Abu Hurairah)
Namun seringkali kita lihat di lapangan, sebagian orang malah seringnya memperlama sujud terakhir ketika shalat, tujuannya adalah agar memperbanyak do’a ketika itu. Apakah benar bahwa saat sujud terakhir mesti demikian? Semoga sajian singkat ini bermanfaat.
Al Baro’ bin ‘Azib mengatakan,
كَانَ رُكُوعُ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَسُجُودُهُ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ وَبَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ قَرِيبًا مِنَ السَّوَاءِ
“Ruku’, sujud, bangkit dari ruku’ (i’tidal), dan duduk antara dua sujud yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, semuanya hampir sama (lama dan thuma’ninahnya).” (HR. Bukhari no. 801 dan Muslim no. 471)
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin pernah ditanya,
“Apakah diperkenankan memperpanjang sujud terakhir dari rukun shalat lainnya, di dalamnya seseorang memperbanyak do’a dan istighfar? Apakah shalat menjadi cacat jika seseorang memperlama sujud terakhir?”
Beliau rahimahullah menjawab,
“Memperpanjang sujud terakhir ketika shalat bukanlah termasuk sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena yang disunnahkan adalah seseorang melakukan shalat antara ruku’, bangkit dari ruku’ (i’tidal), sujud dan duduk antara dua sujud itu hampir sama lamanya. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam hadits Baro’ bin ‘Azib, ia berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendapati bahwa berdiri, ruku’, sujud, duduk beliau sebelum salam dan berpaling, semuanya hampir sama (lamanya). ” Inilah yang afdhol.
Akan tetapi ada tempat do’a selain sujud yaitu setelah tasyahud (sebelum salam). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan ‘Abdullah bin Mas’ud tasyahud, beliau bersabda, “Kemudian setelah tasyahud, terserah padamu berdo’a dengan doa apa saja”. Maka berdo’alah ketika itu sedikit atau pun lama setelah tasyahud akhir sebelum salam. (Fatawa Nur ‘ala Ad Darb, kaset no. 376, side B)
Dalam Fatawa Al Islamiyah (1/258), Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah berkata, “Aku tidak mengetahui adanya dalil yang menyebutkan untuk memperlama sujud terakhir dalam shalat. Yang disebutkan dalam berbagai hadits, rukun shalat atau keadaan lainnya itu hampir sama lamanya.”
Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah juga menjelaskan, “Aku tidak mengetahui adanya dalil yang menganjurkan untuk memperlama sujud terakhir dalam shalat. Akan tetapi, memang sebagian imam melakukan seperti ini sebagai isyarat pada makmum bahwa ketika itu adalah raka’at terakhir atau ketika itu adalah amalan terkahir dalam shalat. Karenanya, mereka pun memperpanjang sujud ketika itu. Dari sinilah, mereka maksudkan agar para jama’ah tahu bahwa setelah itu adalah duduk terakhir yaitu duduk tasyahud akhir. Namun alasan semacam ini tidaklah menjadi sebab dianjurkan memperpanjang sujud terakhir ketika itu.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, Ahkam Qoth’ush Sholah, Fatawan no. 2046 dari website beliau)
Dari penjelasan singkat ini, nampaklah bahwa tidak ada anjuran untuk memperlama sujud terakhir ketika shalat agar bisa memperbanyak do’a ketika itu. Yang tepat, hendaklah gerakan rukun yang ada sama atau hampir sama lamanya dan thuma’ninahnya. Silakan membaca do’a ketika sujud terakhir, namun hendaknya lamanya hampir sama dengan sujud sebelumnya atau sama dengan rukun lainnya.
Apalagi jika imam sudah selesai dari sujud terkahir dan sedang tasyahud, maka selaku makmum hendaklah mengikuti imam ketika itu. Karena imam tentu saja diangkat untuk diikuti. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَلاَ تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ
“Imam itu diangkat untuk diikuti, maka janganlah diselisihi.” (HR. Bukhari no. 722, dari Abu Hurairah)
Hanya Allah yang memberi taufik.
------------------
Referensi: Website Syaikh Sholih Al Munajid – Al Islam Sual wa Jawab (http://islamqa.com/ar/ref/111889/ )
Artikel www.muslim.or.id
Kisah Itik dan Kura-Kura
Ada dua ekor itik dan seekor kura-kura yang bersahabat baik tinggal di suatu area yang semakin kering karena kemarau panjang. Binatang-binatang yang tinggal di situ telah lama meninggalkan tempat tersebut karena semakin hari semakin sulit untuk mendapatkan makanan dan minuman. Semua kolam kering dan tanaman semakin kekuningan dimamah sinar mentari yang panas membara.
Karena kondisi semakin mendesak, maka dua ekor itik itupun telah berpakat dan memutuskan untuk pindah ke area yang lebih lembab dan berair. Kura-kura merasa risau karena sahabat baiknya ingin meninggalkan tempat tersebut. Dengan keadaannya yang bergerak lambat dan tidak dapat terbang seperti mereka, agak mustahil untuk dirinya mengikuti jejak mereka. Maka dia pun berkata kepada kedua ekor itik tersebut.
"Kalian ingin pindah, nanti aku akan mati kekeringan di sini. Aku tidak bisa terbang mengikutimu mencari tempat yang lebih baik."
"Hmmm .. benar juga kata kamu Si Kura-Kura. Owh, tidak mengapa jika kamu ingin, kami dapat membantu kamu untuk sama-sama pindah," ujar salah seekor bebek tersebut setelah berpikir sejenak.
"Bagaimana?" balas kura-kura kembali.
"Kami berdua akan menggigit sebatang kayu dan kamu juga harus menggigit kayu itu untuk sampai ke tujuan kita dengan selamat. Bagaimana, kamu setuju?" Soal itik.
"Owh, kalau begitu aku setuju," kura-kura memberi persetujuan tanpa berbelah bagi.
Maka terbanglah kedua ekor itik itu mencari tempat tinggal baru bersama kura-kura. Tiba-tiba sedang dalam suatu area, ada beberapa orang anak nakal yang mengejek kura-kura.
"Hei kura-kura! Ada hati mau terbang tinggi. Engkau itu sudah memang alamiahnya tidak bisa terbang, berani benar terbang tinggi macam itik."
Kura-kura merasa geram dan marah dengan ejekan tersebut, tetapi dia masih tidak berkata apa-apa karena dia tahu jika dia membuka mulut pasti dia akan terjatuh.
Kedua bebek tersebut terus terbang meninggalkan mereka
"Kura-kura, kami kagum dengan semangat yang ditampilkan oleh kamu. Meskipun kamu tidak dapat terbang, tetapi kamu berusaha dengan gigih dan ingin ditolong oleh sahabat-sahabat mu," jerit mereka ke kura-kura.
Disebabkan terbuai dengan pujian anak-anak tersebut, maka kura-kura pun membuka mulutnya untuk menjawab pujian itu.
'ALHAMDULILLAH, aku ingin pergi ke tempat yang lebih baik dan berair bersama itik-itik "
Sebelum sempat menghabiskan kata-katanya, maka jatuhlah kura-kura itu ke atas tanah dan tercerai berailah badannya.
Begitulah berakhirnya kisah Bebek dan Kura-Kura. Bila dicaci, dihina, kura-kura begitu kuat tetapi kura-kura yang dulu bersemangat kental akhirnya mati menyembah bumi karena sedikit pujian.
***
Begitu juga dengan kita, kita akan kuat bila dihina dan diberi berbagai cobaan tetapi kita mudah terbuai dengan puji-pujian.
Dalam kehidupan ini, janganlah kita cepat lemah dengan cacian, dan cepat riak dengan hanya sedikit pujian. Sebaliknya bersyukur dan jadikan setiap cacian, umpatan dan fitnah tersebut sebagai sumber kekuatan kita untuk terus berhasil. Dan jika kita dipuji, janganlah pula merasa terlalu bangga. Sebaliknya kembalikanlah segala pujian tersebut kepada-Nya, kerana tanpa keizinan-Nya tidak mungkin kita mampu memiliki apa yang kita usahakan.
Awal pujian adalah lembah kehinaan. Janganlah kita mudah terbuai dengan pujian yang diberikan, kelak kita yang akan binasa.
---------------------
- Artikel iluvislam.com -
Langganan:
Postingan (Atom)