Senyummu Bahagiaku


“Irfan,kamu menggambar lagi?” Suara jengkel ibu mengagetkanku yang sedang asyik memainkan pensil di kertas gambar kesayanganku.

Aku diam saja. Ku tundukkan kepalaku semakin dalam. Takut.

“ Kamu kalau dikasih tahu ibu, yang nurut, Nak. Buatlah ibumu ini bangga.”

Ibu selalu memaksaku melakukan apa yang ibu inginkan, tanpa mau tahu apa yang aku inginkan. Belajar..belajar..dan belajar. Apakah aku hanya ditugaskan untuk belajar dan belajar? Ibu masih kah engaku tidak menerima keadaanku ini!.
                                                                      * * *

“Fan, nyanyi dong..” seorang teman memintaku. Disambut riuh oleh temanku yang lain. Dengan senang hati aku langsung mendendangkan sebuah lagu.

Teman-temanku tertawa ria mendengarkan lantunan suaraku. Aku jadi tambah bersemangat tuk meneruskan nyanyianku. Karna aku senang bila kawan-kawanku gembira karnaku, melihat senyuman mereka membuatku bahagia.

                                                                       * * *


Aku suka bermain bola. Karnanya, hampir setiap hari aku menonton teman-temanku yang bermain sepak bola di lapangan. Sebenarnya aku sangat ingin ikut bermain bersama mereka. Tapi dengan keadaanku yang seperti ini, tentu tidaklah mudah bahkan sangat mustahil.

Tapi tak mengapa. Meski begitu aku sudah cukup senang bisa memperhatikan dan ikut bersorak di pinggir lapangan. Melihat mereka dilapanganpun seolah aku ikut bermain didalamnya. Aku sangat puas walau hanya duduk dibangku penonton.

                                                                          * * *


Pagi sekali aku sudah berangkat ke sekolah, keadaanku tak menghambat semangatku untuk ikut bermain dan belajar apalagi bertemu dengan guru-guru ceriaku. Aku selalu merindukan mereka.

Di sekolah aku diajarkan banyak hal. Semua permainan aku ikuti. Kata orang-orang sih, ini namanya bermain sambil belajar. Tapi aku tak tahu menahu tentang itu. Yang aku tahu hanya bermain. Dan aku suka itu.

Disini aku juga suka dengan guru-guruku. Mereka senang sekali mengajariku. Padahal aku sering kali lupa dengan apa yang telah mereka ajarkan. Tapi mereka tak pernah lelah tuk mengingatkanku.

                                                                            * * *


Hari ini ibu mengajakku ke rumah temannya untuk arisan, tatapan aneh ketika kumemasuki ruangan acara itu digelar sepertinya hal yang sudah biasa dan wajar untukku. Entahlah dengan ibu, tapi raut wajahnya tak tampak ada rasa malu dengan mengajakku. Senyum ibu selalu terkembang ketika semua orang menatapku dengan aneh. Ohh..ibu, senyummu selalu mengandung arti dan menenangkan ketidaknyamananku dipandang sebagai orang aneh.

Meskipun aku sedih juga ketika melihat ibu yang selalu membelaku dari kejahilan anak-anak seumurku. Tapi dia selalu membelaiku dan menenangkanku dengan senyumannya

Ya Allah…berilah ibu kesabaran dan ketabahan yang besar,  ini bukan pertama kalinya aku diperlakukan seperti ini,dipandang aneh,ditertawakan,dikerjai. Aku sudah sering mengalaminya, terlalu sering malah. Ya Allah..aku terlahir seperti ini atas kehendak-Mu dan aku ridho atas semua yang Kau berikan padaku. Tapi kenapa hamba-hamba-Mu sering kali merendahkanku?

Yaa Rabb..Aku tak pernah sedih dengan keadaanku sebagai tunagrahita ini. Meski orang-orang suka menertawakanku, tapi aku malah senang orang-orang bahagia karnaku..Meskipun tak jarang tawa mereka bersifat mengejek. Ya Allah..aku ikhlas dengan keadaan ini..aku ridho ..semoga Engkaupun ridho padaku..Amiin..Allahumma Amiin.


 Wallahua'lam bish Shawwab.

Situs BMB >> www.bukanmuslimahbiasa.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar