Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Memang, rasa lemah itu kadangkala menyapa diri.
Ujian yang datang bertimpa-timpa, terkadang membuat kita rebah dan tersungkur.
Jika kita berhasil bangun, dan kembali menyusun langkah, alhamdulillah.
Namun, kadang-kadang kejatuhan yang kita alami itu seakan-akan merenggut segala daya dan upaya kita . Tenaga yang masih bersisa hilang entah ke mana, lantaran harapan buat hari esok yang seperti tidak nampak.
Lalu, masihkah ada sinar harapan buat kita bangkit kembali?
Bagaimana kita menyingkapinya?
Saya percaya, menyuruh orang bersabar tatkala diuji itu jauh lebih mudah, dibandingkan diri sendiri yang menghadapinya.
Benar. Memang tidak dapat disangkal. Saya pun pernah berada dalam kondisi itu. Di kala, kata-kata motivasi yang sering kita teriak-gaungkan kepada orang lain juga ada masanya seakan tidak punya efek terhadap diri. Keyakinan yang selama ini kita pegang pun bisa tergoyah kembali.
Maka di sini, kita dapat melihat pentingnya saling memberi nasihat kepada kebenaran dan kesabaran, yang ditekankan-Nya dalam surah al-Ashr.
Seringkali, kata-kata tulus mereka itulah yang menyembuhkan semangat diri.
Namun bukan itu yang saya mau sentuh di sini. Dalam konteks diri kita sendiri, bagaimana seharusnya kita menghadapi ujian itu. Bagaimana kita memotivasi diri sendiri?
Ok. Hal ini kita perlu mengerti dengan jelas, agar tatkala kita diuji nanti mudah-mudahan sharing ini juga mampu membangkitkan kita kembali.
Memulai dengan bersangka baik kepada Allah dalam setiap hal.
**Bersangka baiklah..
Yakinlah, Dia tidak menciptakan sesuatu ujian atau bencana itu, hanya dengan sia-sia . Pasti punya hikmah di balik peristiwa yang menimpa.
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui . " [Surah Al Baqarah, 2: 216]
Kemudian, gabungkan sikap positif tadi (bersangka baik) dengan bersabar. Inallaha ma'as sobirin. Karena sesungguhnya, Allah itu beserta dengan mereka yang sabar.
**Sabar...
Dan kelak, kesabaranmu itu pasti akan membuahkan hasil yang bermanfaat. Agar kemudian kau dapat merenung kembali hikmah yang Dia susunkan itu, sambil dirimu tersenyum.
**Critical kita..
Ada waktu kita silap.
Kita seringkali merasa bahwa kita ini sudah cukup kuat, bagaikan kita ini telah kebal dari segala titik-titik kelemahan.
Terkadang, kita rasakan bahwa kita mampu berdiri sendiri sehingga kita pikir semua ujian yang datang kepada kita itu, mampu untuk kita selesaikan seorang diri.
Tidak. Saya tidak salahkan kemauan kita untuk hidup mandiri.
Namun, kita sering lupa bahwa hakikatnya, kita ini hanyalah makhluk yang serba lemah dan kekurangan. Mampukah kita menanggung semua ujian itu dengan sendirinya tanpa bantuan?
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah." - [Surah An-Nisa ', 4: 32]
Ya. Manusia itu sifatnya tidak akan mampu berdiri dengan sendirinya, jika tidak dia memperoleh kekuatan itu dari Allah.
Bukankah ujian itu datangnya dari Allah? Maka, kepada siapa lagi harus kita kembalikan jika tidak kepada Dia, Allah Yang Maha Perkasa?
Namun, silapnya ada pada kita.
Kita sering menyombongkan diri untuk bersimpuh memohon-Nya.
Kita merasakan diri kita sudah sempurna. Kuat, berkuasa.
Sedangkan hakikatnya, kita sedikitpun tidak punya daya jika Dia tidak mengizinkannya.
**Wujudnya saat muhasabah diri...
Manusia jarang sekali ingin bermuhasabah diri. Tatkala disentuh dengan ujian yang berat barulah ada saat mereka kembali berpikir apakah salah silap mereka selama ini. Itupun jikalau mereka sadar.
Maka, salah satu hikmah dari ujian adalah adanya waktu kita untuk bermuhasabah.
Waktu untuk kita merenung kembali sejauh mana kehidupan ini telah dibawa.
Apakah kita masih berada di landasan yang benar?
Hikmah dari muhasabah ini akan membawa kita melihat dan memikirkan pula hikmah-hikmah yang lain dari ujian tadi.
Apakah hikmah yang ingin Dia tunjukan kita melaluinya?
Manusia itu selalu bersifat lupa diri tatkala diberi nikmat. Namun, tatkala kita diuji dengan sedemikian rupa, barulah kita bersegara kembali mencari-Nya . Sungguh-sungguh kita mohon pada-Nya agar dipermudahkan segala kesulitan yang ada. Sedang selama ini, ingin mengingat sebentar pun terasa berat. Astagfirullah, hamba tipe apakah kita ini?
"Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdo'a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan ) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan. " - [Surah Yunus, 10: 12]
Maka, di situ punya hikmah untuk sama-sama kita renungkan.
Bersangka baiklah kepada Allah atas ujian yang menimpa kita.
Dia ingin kita kembali kepada-Nya...
Dia ingin kita selamat di 'sana'....
Dia ingin kita merenung sebentar dan bermuhasabah kembali...
Sekarang, jawab dengan hati kita. . .
Benarkah selama ini kita telah meletakkan Dia sebagai tujuan hidup kita?
Atau tanpa sadar kita meletakkan hal-hal lain (nikmat yang Dia tarik itu mungkin) sebagai tujuan hidup yang harus kita capai?
Benarkah kita telah menempatkan ketergantungan kita sepenuhnya kepada?
Atau mungkin, kita meletakkan ketergantungan kita kepada 'tuhan-tuhan' lain (manusia-manusia lain atau diri sendiri) lebih, dibandingkan Dia Yang Maha Sempurna?
Semoga, hati nuranimu yang bersih itu mampu memberikan jawaban yang jujur.
Karena saya yakin, pasti semua tahu, bahwa apabila kita sudah mengakui Allah itu sebagai Tuhan kita, seharusnya hanya Dia yang menjadi tujuan utama hidup kita. Dan hanya kepada Allah-lah tempat kita menggantungkan segalanya.
Dan hal-hal lain yang 'hilang' (ketika diuji) itu, tidak lain hanyalah salah satu karunia dari-Nya dan juga sebagai ujian pembuktian keimanan manusia.
Seharusnya ia tidak mampu menggoyahkan tujuan hidup serta keyakinan kita.
Selama ini, apakah itu cara kita melihat...???
Penutup: Kembali sadari tujuan dan peran hidupmu...
Kembalilah menapak bersama tujuan dan hala tuju yang jelas.
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengabdi kepadaKu." - [Surah Ad-Dzariyat, 51: 56]
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Aku hendak menjadikan khalifah di bumi". Mereka berkata, 'Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami selalu bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?' Dia berkata, 'Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.' "- [Surah Al Baqarah, 2: 30]
Manusia itu seharusnya sadar, bahwa tujuan dia tercipta di muka bumi ini adalah untuk menghambakan diri kepada Allah, dengan melaksanakan tanggung jawab dan perintah, serta meninggalkan laranganNya.
Manusia itu semestinya sadar akan peran yang harus dia mainkan di muka bumi ini adalah sebagai khalifah; yakni dengan memakmurkan bumi, dan membawa manusia kembali kepada Allah, satu-satunya 'Illah' (Tuhan) seluruh semesta.
Setelah kesadaran, pemahaman, dan keyakinan tadi mendasar, semua permasalahan tadi pasti akan tampak lebih mudah. InshaAllah.
Wajar saja kita merasa sedih tatkala diuji, karena itu merupakan hal yang lumrah bagi seorang manusia. Namun, amatlah tidak wajar untuk kita merasa sangat kecewa dan berputus asa. Sekaligus, kita tidak akan sesekali memperpanjang kesedihan yang dirasa.
Ya. Ia adalah atas keyakinan kita bahwa Allah itu Tuhan yang menciptakan segalanya.
Memperhambakan diri kepada-Nya merupakan tujuan hidup kita.
Dan pasti, Dia tidak menciptakan sesuatu sia-sia, melainkan ada hikmahnya.
Jika kita sudah sadar akan hal ini, artinya hikmah dari ujian itu seharusnya sudah nampak.
Kebangkitan yang ditunggu-tunggu itu juga seharusnya sudah dimulai langkahnya.
Wahai diri,
Kali ini. . .
Sadarilah...Allah selalu bersamamu ketika engkau menapaki jalanmu...
Dan pasti, solusi itu akan mulai terlihat..ketika engkau menyertakan Dia bersamamu..
"... Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusannya. Sungguh , Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. " - [Surah At-Talaq, 65: 2-3]
--------------------
Artikel iluvislam.com
0 komentar:
Posting Komentar