Usah Menanti Surga Di Pintu Neraka...


Kehidupan dunia ini (jika dinilaikan dengan kehidupan akhirat) tidak lain hanyalah ibarat hiburan dan permainan, dan sesungguhnya negeri akhirat itu adalah kehidupan yang sebenarnya, jika mereka mengetahui." (QS. al-Ankabut : 64)

Melihat ke fenomena hari ini, terdapat berbagai ragam manusia. Ada kehidupan mereka yang tidak bervariasi sedari kecil, remaja, dewasa, tua dan sampai ajal datang menjemput. Tetapi ada juga yang berubah menurut peredaran usia dan waktu serta keinginan hati mereka dalam mencari kebenaran dan arah hidup.

Memang sudah fitrah manusia untuk kembali ke kebenaran meskipun mereka adalah dari golongan seburuk-buruk dan sejahat-jahat manusia. Mungkin sulit untuk percaya, seorang yang disebut 'setan' itu jauh di sudut hatinya ingin menjadi seorang yang baik.

Keinginan untuk menjadi baik dan akhirnya menemukan rute ke arah kebaikan itulah sebenarnya yang dinamakan hidayah. 
Dengan kehendak Allah, hati yang telah ditutupi dan terbungkus dengan dosa dan noda, akan ada sedikit lubang kecil yang hanya dimuati sandi cahaya hidayah Allah untuk ditembus terus ke dalam hati-hati manusia yang terpilih.

Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nur ayat 35,
"Allah (memberi) nur (cahaya) kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang yang tidak tembus di dinding rumah, di dalamnya ada pelita. Pelita itu di dalam tabung kaca. Dan Tabung kaca itu seperti bintang yang berkilauan. Pelita itu dinyalakan dengan minyak pohon yang diberkati yaitu minyak zaitun yang (tumbuh) bukan di timur dan bukan di barat, yang minyaknya saja hampir menerangi, bercahaya dengan sendirinya meskipun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis) . Allah menunjuki siapa yang dikehendaki- Nya kepada cahaya-Nya itu. Dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan untuk manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala  sesuatu. "

Tatkala kita merasakan kelompok dosa terlalu banyak, janganlah kita berputus asa dari rahmat-Nya dan merasakan diri tidak ada tempat di sisi Allah untuk kembali ke pangkal jalan. Sebaliknya bersyukurlah, dengan terdetiknya sedikit penyesalan itu sebenarnya adalah satu bentuk hidayah Allah yang lahir tanpa kita sadari kecuali untuk mereka yang berpikir akan nikmat yang Allah berikan. Karena dosa yang kita sadari itulah yang mendekatkan diri dengan Allah dan seterusnya melahirkan rasa kehambaan dalam diri dan mengakui kelemahan sebagai seorang manusia yang harus bergantung pada Sang Pencipta.


Dibandingkan dengan mereka yang merasa diri tidak pernah berbuat dosa dan selalu benar dalam perilaku dan tindakan, ia cukup bahaya karena tidak menyadari mereka sudah berada jauh dari Allah. Mereka ini adalah kaum yang sombong dan tidak mengharapkan pertolongan Allah tetapi lebih kepada menurut kata hati dan berbuat apa saja yang mendatangkan kebaikan dan kesenangan pada diri.

Apa yang terjadi hari ini, kita seringkali menolak seruan-seruan untuk kembali ke Islam. Berbagai alasan yang diberikan karena merasakan diri masih muda dan belum waktunya untuk berubah. Alasan yang paling suka diberikan adalah 'belum sampai seru!' alasan tersebut langsung tidak wajar. Mana mungkin kita mengharapkan sesuatu yang bernilai itu diberi secara gratis tanpa harus berusaha untuk mendapatkannya!

Seringkali ketika kita diberikan ujian dan didatangkan suatu insiden barulah ia berhasil membuka hati kita untuk berubah. Insiden tersebutlah yang akhirnya mengetuk pintu hati kita untuk bertobat dan kembali ke jalan Allah. Kita dihitung beruntung jika nyawa masih dikandung badan tetapi apa akan terjadi jika kita sudah tidak diberi kesempatan untuk bernafas dan menebus segala dosa-dosa lalu?

Bentuk-bentuk Hidayah
Hidayah datang dalam berbagai bentuk. Bentuk yang pertama adalah hidayah naluri (keinginan). Hidayah ini adalah sesuatu yang alami ada pada diri kita sejak lahir ke dunia sebagai contoh, bayi yang baru lahir akan menangis bila lapar. Nalurinya inginkan makanan untuk menghilangkan rasa lapar.

Yang kedua adalah hidayah melalui pancaindera. Saat kecil, kita dapat mengenali dan membedakan sesuatu hal dengan menggunakan pancaindera seperti mendengar suara ibu dan ayah atau dapat mengenali obyek. Kemudian hidayah dalam bentuk akal pikiran yang mana ia dikaruniai oleh Allah agar dapat mengemudi kita berpikir secara rasional sebelum bertindak.

Selanjutnya adalah hidayah agama. Hidayah inilah yang menyelamatkan diri kita dari kesesatan dengan berpegang teguh kepada ajaran Islam dan beriman kepada Allah SWT. Ia dapat mendorong kita melakukan kebaikan dan meninggalkan larangan Allah sekaligus dapat membedakan antara hal-hal baik dengan hal haram.

Yang terakhir adalah hidayah taufik yang mana merupakan tingkat hidayah yang tertinggi karunia Allah kepada hambanya yang dikasihi. Tinggal sekarang, hidayah itu harus dijaga karena nilainya tiada tara dan tidak dapat ditukar dengan apa pun. Ia menjaga kehidupan kita di dunia maupun di akhirat kelak.

Hidayah pula diturunkan dalam dua cara yaitu hidayah pemberian makhluk apakah dari kalangan para nabi, pemuka atau siapa saja. Misalnya hidayah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad agar membimbing umatnya beriman kepada Allah. Namun, hidayah taufik ini tidak mampu diberikan oleh makhluk tetapi hanya Allah yang berkuasa. Ia tidak juga ada pada Nabi Muhammad meskipun beliau adalah seorang Rasul sebagaimana firman Allah dalam surah al-Qashash ayat 56 yang berarti, "Sesungguhnya kamu (ya Muhammad) tidak dapat memberi hidayah / petunjuk kepada orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah lah yang memberi hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki. "


Adapun fitur orang yang sudah mendapat hidayah, mereka hebat beribadah seperti melakukan shalat fardu dan sunat, zakat dan rukun Islam yang lain, selalu mengalokasikan waktu untuk bertasbih dan bertahmid kepada Allah SWT selain mengerjakan kebutuhannya di dunia. Mereka ini tidak mampu melupakan Allah walau sesaat karena begitu takut akan pembalasan di akhirat nanti. Mereka juga terlalu berhati-hati dalam setiap perlakuan agar tidak ditarik hidayah pemberian Allah.

Biarpun hidayah itu adalah pemberian Allah tetapi tidak berarti kita hanya berpeluk tubuh dan menunggu ia datang kepada kita. Hidayah harus dicari dan dapat diusahakan jika kita benar-benar inginkannya ditetapkan dari Allah. InsyaAllah, kita pasti akan diberikan hidayah.


-----------------------
- Artikel iluvislam.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar